NGBdMqJaNaFbNatdMWVbLWR4MDcsynIkynwbzD1c

Kerajaan Demak: Sejarah, Raja, Letak beserta Peninggalannya

BLANTERLANDINGv101
1606433523804128295

Kerajaan Demak: Sejarah, Raja, Letak beserta Peninggalannya

Senin, 17 Januari 2022
Kerajaan Demak: Sejarah, Raja, Letak beserta Peninggalannya
Senin, 17 Januari 2022


Bagi Anda penduduk Pulau Jawa pasti sangat tidak asing dengan nama kerajaan ternama yang satu ini, kerajaan Demak. Kerajaan besar yang berdiri pertama kali di tanah Jawa ini masih bisa Anda kenang dengan melihat benda-benda peninggalannya.

Ada banyak cerita seputar kerajaan Demak yang sangat menarik untuk Anda simak. Mulai dari sejarahnya, hingga benda-benda peninggalannya yang hingga diabadikan sampai saat ini.

Sejarah Kerajaan Demak

Hal menarik yang pertama yang sudah banyak orang yang tahu adalah, kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan Islam yang menjadi titik awal berdirinya bangsa Indonesia. Kerajaan Demak juga sebagai kerajaan Islam pertama yang yang berada di tanah Jawa.

Sudah dapat ditebak, raja-raja yang memerintah kerajaan ini pun memeluk agama Islam. Kerajaan Demak juga sekaligus sebagai tonggak kuat dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa dan Indonesia. Saat membicarakan nama kerajaan Demak, saat kental dengan nama-nama walisongo yang jasanya terkenang sampai kapanpun. Walisongo merupakan para mubaligh yang kala itu, memiliki misi utamanya untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Dalam proses penyebaran Agama Islam yang diperjuangkan oleh Walisongo di tanah Jawa ini, para mubaligh menjadikan Demak sebagai pusat kegiatan tersebut.

Atas dukungan dan usaha yang dilakukan oleh Walisongo tersebut, terutama oleh perintah Sunan Ampel, Raden Fatah ditunjuk untuk mengajarkan Agama Islam dan mendirikan sebuah pesantren di Glagah Wangi. Tidak lama itu, tempat ini mulai ramai didatangi oleh masyarakat.

Tidak hanya untuk menimba ilmu agama saja, ilmu pengetahuan juga bisa di timba di sini. Selain itu, tempat ini juga digunakan untuk melakukan perdagangan. Lambat laun, Glagah Wangi menjadi pusat ilmu pendidikan sekaligus pusat perdagangan masyarakat. Juga sebagai pusat kerajaan Islam di tanah Jawa.

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Fatah atas restu dan dukungan dari para Walisongo. Menurut catatan sejarah, kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478 Masehi. Sebelum menjadi kerajaan Demak, tempat sebelumnya menjadi daerah kekuasaan Majapahit pada masa Brawijaya V.

Saat itu, Demak sendiri merupakan sebuah kadipaten yang lebih dikenal dengan sebutan Glagah Wangi yang menjadi wilayah kadipaten Japara. Kadipaten Jepara ini merupakan satu-satunya kadipaten yang memiliki adipati beragama Islam.

Namun setelah Majapahit mengalami kemunduran, Demak mulai memisahkan diri dari Ibu Kota Bintaro. Kemudian didirikanlah kerajaan Demak oleh Raden Fatah atas dukungan dan restu para Walisongo.

Singkat saja, tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, Kerajaan Demak mampu menjadi pusat perdagangan sekaligus pusat ilmu pendidikan di Demak. Banyak orang berdatangan ke sini untuk menuntut ilmu ataupun melakukan kegiatan perdagangan.

Terlebih Demak sendiri memiliki lokasi yang strategis dekat dengan tempat penting, seperti Pelabuhan Jepara dan Kerajaan Mataram Kuno. Letak yang sangat mendukung inilah menjadi salah satu hal yang menjadikan Demak sebagai kerajaan yang cukup berpengaruh di Nusantara.







Letak Kerajaan Demak

Dilihat dari kacamata geografis, Kerajaan Demak merupakan bagian dari wilayah Jawa Tengah. Awalnya, Demak merupakan wilayah kekuasaan Majapahit yang bernama Bintaro. Atas bantuan dari bupati pesisir Jawa Timur dan Jawa Tengah, berdirilah Kerajaan Demak.

Seperti yang sudah disebut di atas, nama raja pertama Kerajaan Demak adalah Raden Fatah. Raden Fatah memiliki ibu dengan kepercayaan Islam dan berasal dari Jeumpa Pasai. Diapit oleh dua tempat terkenal di pulau Jawa yaitu Kerajaan Majapahit Kuno dan Pelabuhan Jepara, Kerajaan Demak memiliki lokasi yang sangat strategis untuk melakukan berbagai kegiatan besar.

Kerajaan Demak juga berada di tepi selat antara Jawa dan Gunung Muria. Selat tersebut sebelumnya memiliki ukuran yang cukup besar hingga memisahkan semarang menuju Rembang. Demak juga strategis untuk melakukan kegiatan pertanian dan perdagangan.

Sedangkan berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, ada beberapa pendapat yang dinyatakan terkait dengan letak Kerajaan Demak. Beberapa pendapat tentang letak Kesultanan Demak yaitu sebagai berikut;

Pertama, bahwa bekas kesultanan Demak itu tidak ada. Dengan keterangan bahwa Raden fatah mulai menyebarkan Agama Islam di Demak semata-mata untuk kepentingan agama Islam itu sendiri.

Masjid Demak didirikan bersama dengan para Walisongo merupakan lambang Kesultanan Demak. Adapun tempat yang menjadi kediaman Raden fatah bukan merupakan istana yang megah melainkan hanya rumah biasa yang letaknya dekat dengan stasiun Kereta Api sekarang, tempat tersebut dinamakan Rowopatok.

Kedua, pada umumnya letak masjid dan istana tidak terlalu jauh. Diperkirakan letak Keraton Demak berada di tempat yang sekarang menjadi tempat Lembaga Pemasyarakatan. Pendapat ini didasarkan atas alasan bahwa pada zaman kolonial ada unsur kesengajaan menghilangkan bekas keraton. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nama-nama perkampungan yang mempunyai latar belakang sejarah, seperti Pungkuran, Sampangan, Sethingkil, Betengan dan Jogoloyo.

Ketiga, bahwa letak keraton berhadapan dengan Masjid Agung Demak, menyeberangi sungai yang ditandai dengan dua pohon pinang. Kedua pohon pinang ini masih abadi dan di antara kedua pohon pinang tersebut terdapat makam Kyai Gunduk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, yang ditanam tersebut sebenarnya adalah berupa tombak pusaka.



Nama Raja-Raja Kerajaan Demak

Ada beberapa nama raja yang memerintah kerajaan besar di Demak ini, yaitu sebagai berikut;

Raden Fatah (1500 M-1518M)

Raden Patah merupakan pendiri Kerajaan Demak sekaligus raja pertama di kesultanan Demak. Di bawah kepemimpinan Raden Patah, Kerajaan Demak mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Hal ini tidak terlepas dari restu dan dukungan para Walisongo yang menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa. Wilayah Kerajaan Demak mengalami perluasan hingga ke beberapa wilayah seperti Pati, Jepara, Rembang, Selat Karimata, Semarang dan beberapa daerah di Kalimantan.

Selain itu, Kerajaan Demak juga mampu menguasai pelabuhan-pelabuhan ternama di Jawa seperti pelabuhan Gresik, Tuban, Jepara, Sedayu, dan Jaratan. Asal mula pendirian Kerajaan Demak ini, atas perintah dari Sunan Ampel kepada Raden Fatah, untuk mendirikan sebuah pondok pesantren.

Pesantren yang digunakan sebagai pusat untuk menimba ilmu agama. Atas dukungan oleh para para wali ini, Kerajaan Demak berhasil menjadi pusat penyebaran Agama Islam di tanah Jawa dan beberapa wilayah Nusantara bagian timur.

Seiring berjalannya waktu, kemudian berdirilah Masjid Demak yang saat ini dikenal dengan sebutan Masjid Agung Demak. Bahkan, tidak hanya penduduk setempat saja yang mempelajari ilmu agama di sana, tetapi juga dari seluruh penjuru Nusantara, seperti Kalimantan, Sumatera, Banjarmasin, Ambon, Makassar dan Ternate.

Dalam menyebarkan Agama Islam, Sunan Kalijogo memiliki cara yang lain daripada yang lain, yaitu dengan menggunakan seni. Seni yang digunakan di sini adalah seni pewayangan. Seni pewayangan ini disukai oleh banyak masyarakat yang kala ini sebagian besar menganut kepercayaan Hindu. Melalui kesenian wayang inilah nilai-nilai ajaran Agama Islam dimasukkan, dan menjadi salah satu metode dan cara penyebaran Agama Islam yang paling efektif. Atas keberhasilan Raden Patah sebagai raja pertama Kerajaan Demak ini mendapat gelar Sultan Alam Akbar Al Fatah.

Raden Patah memimpin selama kurang lebih 18 tahun, yaitu dari tahun 1500 Masehi hingga 1518 Masehi. Raden Patah wafat pada tahun 1518 Masehi, kemudian pemerintahan Kerajaan Demak diteruskan oleh putranya yang bernama Pati Unus.

Pati Unus

Setelah wafatnya raja pertama Kerajaan Demak, Raden Patah, pemerintahan Kerajaan Demak digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus. Pati Unus dikenal sebagai panglima perang yang gagah dan berani. Kala itu, Pati Unus diutus oleh ayahnya, Raden Patah, untuk membebaskan Malaka yang dikuasai Portugis.

Kedatangan bangsa Portugis ini menjadi ancaman tersendiri bagi Kerajaan Demak. Perlawanan ini juga mendapat bantuan dari Kerajaan Aceh. Namun karena persenjataan yang dimiliki masih kalah canggih, akhirnya Pati Unus mengalami kekalahan.

Dari kekalahan tersebut, kemudian Pati Unus melakukan blokade terhadap Portugis di Malaka. Blokade ini menyebabkan Portugis menjadi kekurangan bahan makanan. Akibat jiwa keberanian yang dimiliki Pati Unus ini, dirinya mendapat gelar Pangeran Sebarang Lor.

Lain dengan ayahnya, Pati Unus memiliki masa pemerintahan yang tidak cukup lama di Kerajaan Demak. Pati Unus memerintah selama 3 tahun saja, yaitu dari tahun 1518 hingga tahun 1521 Masehi. Raja kedua Kerajaan Demak ini wafat dalam pertempuran di Malaka tahun 1521 di usia 41 tahun.

Sultan Trenggono

Pati Unus belum memiliki putra hingga beliau wafat. Tahta kerajaan kemudian digantikan oleh adiknya sendiri yang bernama Sultan Trenggono. Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono inilah Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan.

Sultan Trenggono dikenal sebagai seorang raja yang gagah berani dan berjiwa bijaksana. Berkat kepemimpinannya, wilayah Kerajaan Demak meluas hingga ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Sultan Trenggono memiliki angan dan cita-cita, ingin menyatukan seluruh kawasan Pulau Jawa di bawah kesultanan Demak.

Namun untuk bisa mewujudkan angan tersebut tentulah bukan hal yang mudah. Sejak awal berdirinya Kerajaan Demak, musuh utamanya adalah datangnya bangsa Portugis ke Indonesia. Bahkan, Pati Unus, raja kedua Kerajaan Demak meninggal dalam peperangan melawan Portugis di Malaka.

Portugis sudah berhasil melakukan perluasan daerah yang dipengaruhinya hingga ke Jawa Barat. Sultan Trenggono sempat mengutus Fatahillah untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada tahun 1522. Namun hal tersebut bukanlah langkah mudah.

Sunda Kelapa baru bisa ditaklukkan pada tahun 1527. Nama Sunda Kelapa kemudian diganti dengan nama Jayakarta. Jayakarta ini memiliki arti kemenangan yang sempurna. Jayakarta ini saat ini dikenal dengan nama Jakarta, yang menjadi Ibu Kota Indonesia.

Dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan kesultanan Demak, Sultan Trenggono melakukan beberapa serangan ke berbagai daerah seperti, Jawa Barat dan Pasuruan. Penyerangan ke Pasuruan tepatnya di Kerajaan Hindu Supit Arang. Namun upaya penyerangan ini tidak membawa hasil dikarenakan Sultan Trenggono wafat.

Sedangkan penyerangan ke daerah Jawa Barat seperti Banten, Cirebon dan Sunda Kelapa dipimpin oleh fatahillah. Penyerangan ini dipimpin oleh Fatahillah dan mendapatkan kemenangan. Selain melakukan penyerangan, Sultan Trenggono juga melakukan perkawinan politik atau perjodohan politik.

Misalnya, perjodohan antara putri Kalinyamat dengan Pangeran Hadirin dari Jepara. Kemudian Pangeran Pasarehan dengan putrinya menjadi Raja Cirebon, dan Joko Tingkir dengan putrinya menjadi adipati Pajang.



Peninggalan Bersejarah Kerajaan Demak
Sejarah berdirinya Kerajaan Demak memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap perkembangan Agama Islam di tanah Jawa. Kerajaan Demak menjadi kerajaan islam pertama yang berdiri di tanah Jawa.

Ada banyak peninggalan bersejarah yang bisa Anda temui saat ini. Di antaranya sebagai berikut;

Masjid Agung Demak

Salah satu peninggalan Kerajaan Demak yang masih abadi hingga saat ini adalah bangunan Masjid Agung Demak. Bangunan masjid ini berdiri kokoh dan indah. Masjid Agung Demak didirikan oleh Walisongo sekitar tahun 1479 Masehi.

Bangunan masjid ini sebagai bukti bahwa Kerajaan Demak merupakan pusat kegiatan pengajaran dan keagamaan. Bukan hanya orang Jawa saja yang menimba ilmu ke sini, penduduk dari berbagai penjuru Nusantara seperti Ambon, Ternate, Sumatera dan Banjarmasin juga ada.

Masjid Agung Demak memiliki lokasi yang sangat strategis dan mudah dijumpai. Yaitu terletak di samping alun-alun Kota Demak. Tepatnya berada di Kampung Kauman, Kelurahan Bintorom, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak. Raden Fatah dan Walisongo memberikan gambar bulus yang memiliki arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti, dengan menyimpan makna tahun 1401 saka.

Gambar bulu tersebut terdiri dari gambar kepala yang melambangkan angka satu, empat kaki yang berarti empat angka, badan bulus yang berarti angka nol dan seekor bulus yang menggambarkan angka satu. Jika digabungkan menjadi angka 1401. Dari segi arsitektur, bangunan Masjid Agung Demak ini terdiri dari bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki saka guru yaitu terdiri dari 4 tiang utama sebagai penyangga.

Konon katanya, salah satu tiang yang dipakai saat itu merupakan serpihan kayu sehingga dikenal juga dengan sebutan Saka Tatal. Desain atap masjid ini berbentuk limas yang ditopang oleh 8 tiang. Delapan tiang ini disebut sebagai saka Majapahit.

Atap limas Masjid Agung Demak menggambarkan Iman, Ihsan dan Islam. Sementara desain pintunya merupakan Panti Blebeg yang memiliki arti Candra Sengkala. Candra Sengkala pada bagian pintu ini tertuliskan Naga Mulat Salira Wani, yang bermakna 1388 aka atau 887 Hijriyah.

Di dalam kompleks masjid ini terdapat makam Raden Patah sebagai pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Demak. Pada tahun 1995, Masjid Agung Demak dicalonkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Situs Kolam Wudhu

Seiring dengan berdirinya Masjid Agung Demak juga dibangun sebuah situs kolam wudhu. Situs ini dulunya digunakan oleh para santri untuk berwudhu sebelum melakukan kegiatan tadarus Al Qur’an.

Saat ini, situs wudhu ini sudah tidak digunakan lagi, namun di pagar sebagai salah satu benda bersejarah agar tetap terjaga keasliannya. Sedangkan untuk tempat wudhu sudah dibuatkan sendiri untuk para pengunjung Masjid Agung Demak.

Dampar Kencana

Dampar Kencana merupakan sebuah kursi tempat singgasana Sang Raja Demak. Dampar Kencana saat ini digunakan sebagai mimbar khotbah jum’at di Masjid Agung Demak. Peninggalan benda sejarah ini selalu terawat dan terjaga dengan baik hingga saat ini.

Piring Campa

Salah satu benda bersejarah peninggalan Kerajaan Demak adalah Piring Campa. Piring ini merupakan sebuah piring pemberian seorang putri Campa kepada Raden Patah yang tidak lain adalah ibunya sendiri. Piring Campa ini berjumlah 65 piring dan beberapa ada yang dipasang di dinding masjid, sementara lainnya di bagian pengimaman Masjid Agung Demak.

Spendaka Jaya..

Jayalah Spendakaku..




iklan banner

BLANTERLANDINGv101

Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang