NGBdMqJaNaFbNatdMWVbLWR4MDcsynIkynwbzD1c

PENTINGNYA BAHASA JAWA DI SEKOLAH

BLANTERLANDINGv101
1606433523804128295

PENTINGNYA BAHASA JAWA DI SEKOLAH

Rabu, 22 Desember 2021
PENTINGNYA BAHASA JAWA DI SEKOLAH
Rabu, 22 Desember 2021


Kurikulum baru tahun 2013 Bahasa Jawa adalah salah satu pelajaran yang tidak boleh dihapus begitu saja dari mata pelajaran di sekolah.

Bahasa jawa dan budaya adalah suatu hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa Jawa yang sering digunakan oleh masyarakat khususnya bagi mereka yang tinggal di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta itu selalu turun-temurun dari generasi ke generasi. Bahasa Jawa biasanya digunakan sebagai suatu penghormatan kepada yang lebih tua, orang jawa menyuruh anak-anaknya untuk berkomunikasi dengan Bahasa Jawa, terutama dengan kromo inggil karena kromo inggil melambangkan kesabaran.

Bahasa Jawa memiliki tingkatan-tingkatan dalam penggunaannya itu merupakan salah satu keunggulan bahasa jawa yang tidak ada tandingannya. Keluwesan, kelembutan, dan kecenderungan bahasa yang komunikatif dan bersahabat. Selain tingkatan, Bahasa Jawa juga memiliki Dasanama (sepuluh nama lain atau lebih dari kosakata bahasa jawa). Misal kata matahari, memiliki padanan yang bermacam-macam. Ada yang menganggap bahwa adanya tingkatan dalam bahasa jawa dapat memunculkan plemik dan kasta bahasa dalam masyarakat. Karena dengan adanya tingkatan dalam Bahasa Jawa menganggap bahwa masyarakat pengguna bahasa tersebut masih kuno seperti zaman kerajaan.

Menganggap bahwa kaum jelata adalah sabda pandhita ratu kaum priyayi dan bangsawan. Ibarat antara kuli dan juragan tidak ada kesepadanan dalam penggunaan bahasa dalam kasta sosial. Seorang kuli wajib menggunakan Bahasa Jawa ngoko, boleh dengan bahasa kasar dalam memeritah. Memang, di dalam situasi masyarakat jawa, baik itu dulu atau sekarang, rata-rata orang kuli, rakyat jelata, atau budak sekalipun, memakai kosa kata Jawa halus untuk di tuturkan kepada kasta masyarakat yang lebih tinggi dan berkuasa.

Satu hal yang perlu diketahui bahwa penggunaan bahasa Jawa yang dikatakan “berkasta” itu tidak selamanya mencerminkan bahasa Jawa itu adalah kasta bahasa dalam masyarakat. Adapula yang mengatakan bahwa bahasa jawa adalah bahasa pemantasan kethoprak. Jadi, bahasa jawa hanyalah ada dalam dunia panggung pementasan. Hanya dihafal kosa katanya, setelah pentas di atas panggung usai, ya ditinggalkan, kembali lagi ke bahasa asli yang digunakan  sehari-hari.



Bahasa Jawa dalam pembelajaran di sekolah memang sangat penting, keutamaan dari pelajaran Bahasa Jawa itu sendiri yaitu karena  mempelajari berbagai macam budaya jawa dan unggah-ungguh bahasa jawa. Budaya jawa pun sangat beragam, misalnya seni wewayangan, tembang macapat, geguritan, dsb. Itu semua tidak asing dengan siswa yang mendapat pelajaran bahasa jawa di sekolahnya.

Permasalahannya yaitu karena adanya kurikulum baru tahun 2013 yang terasa mentah untuk diterima oleh siswa bahkan guru. Banyak guru yang mengatakan kalau kurikulum 2013 sangat sulit ditelaah, banyak juga siswa yang mengeluh karena rumitnya sistem pembelajaran di sekolah. Karena kurikulum 2013 itu akhirnya  bahasa jawa dihapus begitu saja dari mata pelajaran di sekolah, padahal pelajaran Bahasa Jawa yang didalamnya mengandung berbagai macam Budaya Jawa itu seharusnya dilestarikan, bukannya dihapus. Pelajaran bahasa jawa yang dihapus itu dapat menimbulkan kurangnya kesadaran pelajar untuk melestarikan budaya mereka sendiri yaitu Budaya Jawa, kurangnya kesadaran itu ditimbulkan karena kurang tahunya mereka terhadap Budaya Jawa.

“Sebagai pedoman dalam mengembangkan penyelanggaran pendidikan baik formal, non-formal maupun pendidikan informal yang dilaksanakan secara konsisten serta disesuaikan dengan sosiokultural agar siswa bias memahami materi ajar,” kata Ragil sebagai Wakil Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Islam Nasima Semarang. Maka tidak begitu berlebihan, menurut Ragil, kalau perda ini dengan sunggunh-sungguh mencoba menggali potensi daerah untuk melahirkananak bangsa yang berbudi pekerti luhur dan rasa cinta kepada budaya adhiluhung. Guna mewujudkan cita-cita ini perda dengan tegas mengatur pemberlakuan mata pelajaran Bahasa Jawa dan Budaya Jawa bagi peserta didik mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah.


Mengenai pembelajaran Bahasa Jawa, misalnya, dengan tegas diatur dalam Peraturan Gurbernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2014 Tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah Sebagai Muatan Lokal Wajib Disekolah / Madrasah, dalam rangka penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal, setiap satuan pendidikan harus menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar atau komunikasi. Pembelajaran muatan lokal berupa Bahasa Sastra dan Budaya Jawa pada semua jenjang pendidikan ini dengan alokasi waktu 2 jam per minggu.

Dinas Pendidikan Jatim sudah melaksanakan pendidikan Bahasa Jawa di sekolah-sekolah. Hal ini berdasarkan surat kesepakatan bersama tiga gubernur yakni gubernur Jatim, Jateng dan Yogyakarta dalam upaya pelestarian Bahasa Jawa. Namun pelaksanaan mata pelajaran ini masih berjalan di tengah jalan. Sekolah masih sulit mendapatkan guru Bahasa Jawa yang kompeten mengingat jumlah sarjana Bahasa Jawa masih tergolong sedikit. Alat peraga untuk mendukung pembelajaran Bahasa Jawa juga masih kurang memadai.

Maka, dengan adanya perda yang secara tegas mengatur soal pembelajaran Bahasa Jawa, pembelajaran Bahasa Jawa bisa dilaksanakan secara lebih berkualitas. Karena tanpa disadari kalau kita berhasil menerapkan pembelajaran  Bahasa Jawa dan Budaya Jawa dengan baik, insa allah kelak akan lahir generasi muda yang berbudi luhur serta memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap budaya adhilihung yang kita miliki.

Spendaka Jaya..
Jayalah Spendakaku..





iklan banner

BLANTERLANDINGv101

Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang